Perspektif Disrupsi Dalam Industri Media Kreatif

Disrupsi seperti yang dijelaskan oleh Prof. Rhenald Kasali, adalah inovasi radikal yang mengubah model bisnis lama dan memperkenalkan cara-cara baru yang lebih efisien melalui teknologi. Dalam industri media kreatif, disrupsi ini menjadi fenomena yang sangat nyata, terutama dengan munculnya teknologi digital, AI, dan platform berbasis internet. Namun, pandangan ini perlu dikritisi lebih dalam, karena disrupsi dalam industri media kreatif tidak selalu menggantikan model bisnis lama, melainkan lebih sering menciptakan koeksistensi dan peluang baru. Selain itu, dampak sosial, etika, dan ekonomi yang dihasilkan oleh disrupsi teknologi dalam industri ini juga tidak bisa diabaikan. 

Prof Kasiali menyoroti bahwa disrupsi sering kali menghapus model bisnis lama dengan munculnya inovasi baru yang lebih efisien. Namun, dalam industri media kreatif, disrupsi sering kali menciptakan ruang bagi model lama dan baru untuk berkoeksistensi, bukan saling menggantikan. Contoh nyata adalah bagaimana platform seperti Youtube, Netflix, dan Spotify berkembang tanpa sepenuhnya menggantikan televisi, radio, atau media cetak. Meskipun ada penurunan dalam konsumsi media tradisional, media tersebut masih memiliki audiens yang loyal dan terus eksis, bahkan sering kali beradaptasi dengan teknologi digital. 

Misalnya, televisi mulai beralih ke layanan streaming online untuk menjangkau audiens yang lebih muda, dan industri radio juga menghadirkan podcast sebagai alternatif siaran. Hal ini menunjukkan bahwa disrupsi dalam industri media kreatif lebih bersifat transformasional daripada destruktif. Artinya, model bisnis lama tidak sepenuhnya hilang, tetapi beradaptasi untuk tetap relevan di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Dalam hal ini, disrupsi menjadi pemicu inovasi untuk mempertahankan relevansi dalam ekosistem yang berubah. 

Prof. Kasali berpendapat bahwa perusahaan disruptif cenderung berfokus pada kolaborasi, bukan kepemilikan aset, dan ini tercermin dengan jelas dalam industri media kreatif, teknologi telah memfasilitasi kolaborasi yang lebih mudah antara kreator dan perusahaan. Contohnya dalam platform seperti Youtube, Instagram, dan Tiktok dimana para kreator dapat bekerja sama dengan perusahaan besar tanpa membutuhkan studio besar seperti dalam televisi. 

Namun, disrupsi teknologi ini juga membawa tantangan besar. Teknologi AI seperti ChatGPT semakin mampu menghasilkan konten kreatif secara otomatis, termasuk tulisan, musik, dan visual, yang memunculkan kekhawatiran di kalangan pekerja kreatif. AI mulai menggantikan sebagian peran manusia dalam produksi konten. AI mungkin mampu menciptakan produk yang efisien, tetapi kreativitas manusia sering kali mengandung elemen emosional dan orisinalitas yang sulit dibuat oleh mesin. Disinilah disrupsi teknologi memilii dua sisi, di satu sisi menciptakan efisiensi, namun disisi lain mengancam orisinalitas dan pekerja kreatif. 

Teknologi AI menjadi salah satu disrupsi terbesar dalam industri kreatif saat ini. AI tidak hanya mampu menghasilkan karya, namun juga dapat memprediksi tren pasar, menargetkan audiens secara lebih akurat, dan bahkan menulis naskah atau menyusun musik. 

Namun, penerapan AI dalam produksi konten juga menimbulkan kekhawatiran. Banyak pekerja kreatif khawatir dengan masa depan mereka ketika AI mampu menggantikan peran mereka dalam berbagai aspek produksi. Misalnya, penulisan artikel otomatis oleh AI, pembuatan film, atau acara TV dapat mengacancam keberadaan pekerja kreatif. Kekhawatiran ini tidak hanya berkaitan dengan hilangnya pekerjaan, tetapi juga dengan hilangnya unsur kemanusiaan dalam karya seni yang sering kali menjadi elemen utama dalam sebuah karya kreatif. 

Prof Kasali juga menyebutkan bahwa mobilisasi melalui teknologi akan menggantikan branding tradisional. Dalam industri kreatif, hal ini terlihat melalui kekuatan viral di media sosial, dimana konten bisa dengan cepat tersebar luas dan menciptakan tren yang berumur pendek tetapi berdampak besar. Platform seperti Tiktok dan Instagram adalah contoh yang dimana para kreator dapat memperoleh popularitas dalam semalam hanya karena satu video yang viral. Mobilisasi ini menciptakan bentuk baru dari pemasaran dan penyebaran konten yang berbeda dari pendekatan branding konvensional. 

Namun, meskipun mobilisasi ini efektif dalam jangka pendek, sering kali hal tersebut tidak mampu memberikan keberlanjutan jangka panjang yang dimiliki oleh merek besar. Seperti Disney, Pixar atau Marvel yang tetap mendominasi besar dalam pasar kreatif karena kekuatan branding yang sudah dibangun sejak lama. Kekuatan branding ini mengikat audiens dengan cerita dan karakter yang dapat diingat terus oleh para audiens dalam jangka panjang. 

Ini menunjukkan bahwa mobilisasi dan branding bukanlah dua hal yang saling bertentangan, tetapi dapat saling melengkapi. Mobilisasi digital menawarkan cara baru untuk menciptakan tren dan menarik perhatian, sementara branding tradisional memberikan landasan untuk mempertahankan loyalitas audiens dalam jangka panjang. 

Salah satu kritik terhadap disrupsi teknologi adalah ketimpangan. Dalam industri media kreatif seperti platform distribusi Spotify, Youtube, dan Netflix sering sekali dikritik karena skema yang dihasilkan lebih menguntungkan perusahaan teknologi daripada kreator. Disrupsi dalam model distrubis ini memang menciptakan akses yang lebih luas bagi konten kreator, tetapi pada saat yang sama, membatasi pontensi pendapatan mereka. 

Penutup 

Ditengah disrupsi teknologi dalam industri media kreatif, konten kreator dapat tetap relevan dengan memanfaatkan platform Youtube, Instagram, dan Tiktok untuk menjangkau audiens global, tetapi tetap mempertahankan karya mereka. Teknologi AI juga bisa digunakan untuk mendukung proses kreatif, Namun, konten Kreator juga tetap harus memperkuat personal branding mereka, meskipun mobilisasi viral di media sosial dapat menarik perhatian dalam jangka pendek. Kekuatan brand yang diciptakan melalui konten yang berkualitas dapat menciptakan loyalitas yang lebih kuat untuk mengembangkan kemampuan berinovasi secara berkelanjutan. (utsimk)

User Image

Talitha Nuur Sabrina

17/10/2024 20:42