Merdeka di Dunia Digital: Internet sebagai Hak, Bukan Sekadar Fasilitas
Bayangkan jika internet hanya bisa diakses oleh segelintir orang. Dunia digital yang seharusnya membuka peluang, justru memperlebar kesenjangan. Padahal, di zaman sekarang, internet bukan lagi sekadar fasilitas tambahan, tetapi sudah menjadi hak dasar yang harus bisa dinikmati oleh seluruh warga negara, tanpa terkecuali.
Namun, realitas di lapangan berkata lain. Masih banyak wilayah di Indonesia yang masuk dalam kategori blank spot, alias daerah tanpa akses internet. Di beberapa daerah, sinyal internet yang mereka dapatkan masih lemah, terutama saat cuaca buruk atau di wilayah dengan infrastruktur yang belum memadai. Hal ini tentu menjadi tantangan besar dalam mewujudkan transformasi digital nasional yang merata dan inklusif.
Digitalisasi dan Transformasi Digital Nasional
Sampai saat ini, pemerintah terus mendorong digitalisasi di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, administrasi publik, hingga sistem informasi. Internet diharapkan tidak hanya dinikmati oleh masyarakat perkotaan, tetapi juga menjadi jembatan bagi masyarakat di daerah pelosok untuk mengakses layanan internet yang lebih baik.
Misalnya, dalam dunia kesehatan, internet memungkinkan dokter dan tenaga medis untuk memberikan layanan telemedicine, memantau kondisi pasien dari jauh, dan menghubungkan sistem kesehatan nasional hingga ke puskesmas di daerah terpencil. Hal tersebut tentu sangat membantu, terutama untuk daerah yang kekurangan tenaga medis atau memiliki akses terbatas ke rumah sakit besar.
Di sektor pendidikan, digitalisasi juga membawa perubahan besar. Dengan kurikulum baru yang lebih berbasis praktik, siswa dan guru bisa mengakses materi tambahan melalui internet. Platform pembelajaran yang dilakukan secara daring memungkinkan mereka mendapatkan ilmu dari berbagai sumber, bahkan dari luar negeri. Namun, masalahnya, masih ada sekolah-sekolah di daerah pelosok belum memiliki akses internet yang memadai.
Infrastruktur Digital dan Internet di Pedesaan
Salah satu tantangan terbesar dalam pemerataan akses internet adalah infrastruktur digital. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, sehingga untuk membangun jaringan internet di seluruh pelosok negeri bukan suatu hal yang mudah.
Saat ini, Telkom telah memiliki lebih dari 170.000 km jaringan fiber optik yang tersebar tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global. Infrastruktur ini menjadi tulang punggung bagi berbagai layanan digital seperti pusat data (data center), kecerdasan buatan (AI), dan Internet of Things (IoT). Namun, pemerataan infrastruktur ini masih menjadi PR besar, terutama di daerah yang dianggap tidak komersial oleh perusahaan penyedia layanan internet.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus lebih aktif memberikan insentif bagi penyedia layanan internet agar mau membangun jaringan di daerah pelosok. Selain itu, kemitraan antara Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dengan perusahaan internet juga perlu diperkuat agar akses yang lebih terjangkau bisa tersedia bagi masyarakat luas.
Blank Spot dan Kualitas Jaringan
Selain akses, kualitas jaringan juga menjadi masalah tersendiri. Tidak jarang sinyal internet di beberapa daerah terganggu akibat cuaca buruk. Hal ini tentu sangat menghambat aktivitas masyarakat yang semakin bergantung pada koneksi internet, baik untuk bekerja, belajar, maupun berkomunikasi dengan keluarga yang berada jauh dari mereka.
Salah satu pengalaman nyata adalah kesulitan mengunggah video di daerah dengan sinyal yang tidak stabil. Tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada pelaku usaha kecil yang ingin memanfaatkan media sosial sebagai alat pemasaran produk mereka. Oleh karena itu, peningkatan kualitas jaringan harus menjadi fokus utama, selain hanya memperluas cakupan infrastruktur.
Internet untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Jika dikelola dengan baik, internet bisa membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Beberapa contoh nyata pemanfaatan internet dalam kehidupan sehari-hari meliputi:
Inklusi Sosial dan Disabilitas: Aplikasi seperti Hirmi sangat membantu komunikasi bagi teman-teman tuli, menjadikan internet sebagai alat untuk meningkatkan inklusivitas sosial mereka.
Pendidikan dan Literasi Digital: Siswa dan guru bisa mengakses tutorial serta referensi tambahan bahan pembelajaran melalui internet, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Ekonomi dan Pariwisata: Internet mempermudah promosi potensi desa, seperti keindahan pantai atau produk lokal desa tersebut, sehingga akan menarik lebih banyak wisatawan domestik maupun global.
Toleransi Beragama dan Sosial: Internet juga memungkinkan masyarakat untuk lebih mengenal budaya lain dan berinteraksi dengan berbagai latar belakang, yang tentu sangat membantu membangun rasa saling menghormati satu sama lain.
Komunikasi dan Keluarga: Bagi mereka yang bekerja jauh dari keluarga, internet menjadi sarana utama untuk tetap terhubung dan berbagi kabar.
Keamanan Siber dan Perlindungan Data
Namun, dengan semakin luasnya penggunaan internet, keamanan siber juga menjadi perhatian utama. Kasus pencurian data pribadi dan serangan siber semakin sering terjadi, baik pada individu maupun institusi pemerintah. Oleh karena itu, penguatan peran Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta literasi keamanan siber juga harus menjadi prioritas.
Pemerintah memang telah mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP), tetapi implementasinya masih perlu diperkuat. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan adalah membentuk komisi khusus yang bertugas mengawasi perlindungan data serta memberikan sanksi yang lebih tegas bagi pelanggar.
Masa Depan Digital yang Lebih Adil
Untuk benar-benar merdeka di dunia digital, internet harus menjadi hak yang bisa dinikmati oleh semua orang. Bukan hanya dalam urusan teknologi, tetapi juga soal keadilan sosial. Jika kesenjangan akses internet terus dibiarkan, maka ketimpangan dalam pendidikan, ekonomi, dan kualitas hidup pun akan semakin melebar.
Regulasi yang adaptif, insentif bagi penyedia layanan internet di pelosok, dan peningkatan literasi digital adalah langkah-langkah yang perlu diperkuat. Dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa menjadi bangsa yang benar-benar terkoneksi, di mana setiap warga negara di perkotaan maupun di pedesaan memiliki akses yang sama untuk berkembang di era digital ini.
Kini, pertanyaannya bukan lagi perlukah internet untuk semua? tetapi kapan semua orang bisa menikmatinya?
Nama : Shafira Rahma
NIM : 6662230146
Kelas : 4A
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Digital
Shafira Rahma
22/03/2025 12:37