Membangun Kehidupan Desa melalui Akselerasi Digital dan Infrastruktur Tangguh

Perkembangan teknologi digital saat ini telah merasuk ke berbagai lapisan kehidupan manusia, membawa dampak yang signifikan bagi masyarakat. Film dokumenter Derang-Daring menyajikan gambaran nyata bahwa internet dan teknologi bukan lagi sebuah kemewahan, melainkan kebutuhan utama yang menyokong bidang pendidikan, kesehatan, komunikasi, hingga aktivitas ekonomi, termasuk di wilayah pedesaan dan terpencil. Digitalisasi telah membuka jalan menuju transformasi digital nasional yang bertujuan untuk menciptakan kesetaraan akses dan peluang bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Transformasi digital nasional di Indonesia berjalan dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat sipil. Pemerintah melalui berbagai inisiatif terus mendorong pemanfaatan teknologi, seperti layanan telemedicine yang memungkinkan masyarakat di daerah terpencil memperoleh layanan kesehatan yang lebih baik. Selain itu, muncul pula startup-startup yang memiliki misi sosial, seperti aplikasi Hirmi yang membantu komunitas tuli berkomunikasi dengan lebih mudah. Hal ini membuktikan bahwa transformasi digital tidak hanya menyasar kota besar, tetapi juga hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat di daerah pelosok.

Namun, akselerasi transformasi digital tak akan mungkin tercapai tanpa fondasi infrastruktur digital yang kuat. Infrastruktur seperti jaringan fiber optik, pusat data, jaringan telekomunikasi, serta platform digital merupakan elemen vital. Perusahaan seperti Telkom Indonesia telah berkontribusi besar dengan membangun jaringan serat optik sepanjang lebih dari 170.000 kilometer dan mengoperasikan ratusan pusat data. Meski demikian, tantangan utama masih dihadapi oleh masyarakat di pedesaan dan daerah terpencil, di mana konektivitas internet belum stabil dan memadai.

Film Derang-Daring juga memperlihatkan bagaimana warga di pelosok Flores harus menghadapi sinyal yang tidak stabil dan akses internet yang lambat. Ada siswa-siswa yang rela berjalan ke kota hanya untuk mengunggah tugas sekolah. Bahkan, pemadaman listrik masih menjadi tantangan besar yang menghambat proses belajar dan aktivitas ekonomi berbasis digital. Ini menunjukkan bahwa kesenjangan digital antara kota dan desa masih cukup lebar dan harus segera diatasi.

Masalah blankspot, atau wilayah yang sama sekali tidak terjangkau internet, masih menjadi persoalan serius. Wilayah seperti Pulau Marore dan Pulau Kawio menjadi contoh nyata tantangan yang dihadapi masyarakat dalam memperoleh akses internet. Ketiadaan sinyal menghambat akses terhadap informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan penyedia layanan internet untuk membangun infrastruktur digital hingga ke titik-titik terjauh Nusantara.

Lebih dari sekadar jaringan, internet telah menjadi sarana bagi masyarakat untuk mengembangkan potensi diri, memperkenalkan budaya lokal, dan menciptakan lapangan usaha. Melalui konten digital, misalnya, masyarakat pedesaan dapat membagikan kearifan lokal, yang tidak hanya menarik perhatian publik, tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif. Dalam pendidikan, internet menjadi alat yang memudahkan pembelajaran daring, memungkinkan siswa di pelosok belajar sejajar dengan mereka yang berada di perkotaan.

Kesimpulannya, transformasi digital yang inklusif hanya dapat terwujud jika didukung oleh infrastruktur yang merata dan andal. Pemerintah dan semua pemangku kepentingan harus berkolaborasi memastikan tidak ada satu pun daerah yang tertinggal dalam revolusi digital ini. Dengan internet yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat, tanpa terkecuali, kita dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang merata, peluang ekonomi yang luas, serta masyarakat yang lebih setara dan maju.

User Image

Steven Immanuel

22/03/2025 17:03