Dua Sisi Inovasi
Apa yang muncul dalam benak kita ketika melihat dan mendengar kata “disrupsi”? Apakah inovasi dan digitalisasi? Secara sederhana, benar. Namun kurang tepat. Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. mendefinisikan disrupsi dalam konteks inovasi sebagai perubahan fundamental atau mendasar, lebih tepatnya akibat evolusi teknologi ekonomi yang berhasil memasuki celah-celah kehidupan manusia dan “mengganggu” sistem yang telah lama dijalankan.
Singkatnya, inovasi disrupsi pada saat ini merupakan sesuatu yang mengalami perubahan sifat dari dunia fisik ke dunia digital. Perubahan yang dimaksud itu tentu merupakan perubahan yang sangat berdampak pada bermacam aspek dalam kehidupan manusia. Teknologi digital yang semakin lama semakin mudah untuk diakses oleh siapa saja, mengubah cara hidup masyarakat di seluruh dunia.
Inovasi dalam bayangan kita tentu merupakan sesuatu yang baik. Siapa yang tidak menginginkan perubahan yang dapat membawa kehidupan menjadi lebih efisien, lebih cepat dan tentunya lebih mudah? Tidak ada. Berbagai perusahaan berlomba-lomba untuk berinovasi, untuk dapat melayani hampir seluruh lini masyarakat. Sesuatu yang awalnya hanya dapat diperoleh ketika kita berhasil mencapai tingkat ekonomi tertentu, kini dapat dengan mudah kita rasakan karena digitalisasi. Hal ini tentu terdengar menyenangkan.
Namun, inovasi tersebut berkembang lebih dari apa yang kita duga sebelumnya. Inovasi-inovasi ini menjadi begitu lekat, benar-benar lekat, dalam keseharian manusia. Manusia yang dalam tanda kutip menjadi pemeran utama dalam segala aspek di dunia ini tentu menyebabkan terjadinya berbagai perubahan-perubahan sistem yang ada, yang bahkan sudah bisa disebut mengganggu tatanan kehidupan yang telah eksis sebelumnya. Peristiwa inilah yang disebut sebagai disrupsi.
Era disrupsi yang dimaksud pada saat ini tak lain disebabkan oleh munculnya transformasi digital. Adanya digitalisasi dalam berbagai aspek berhasil menciptakan kebiasaan-kebiasaan baru yang terjadi secara masif, dan akan menjadi semakin besar karena terjadinya pertumbuhan penduduk pada beberapa tahun yang akan datang. Pada akhirnya, tatanan kehidupan yang sebelumnya telah kita percayai akan menghilang sepenuhnya dan menggantinya dengan tatanan kehidupan baru yang berakibat dari disrupsi.
Salah satu kasus disrupsi dalam bidang industri media kreatif yang dibahas oleh Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. pada salah satu video YouTube yang diunggah oleh kanal Lets Talk and Inspired yang berjudul “Disrupsi adalah inovasi yang radikal - Kuliah gratis Prof Rhenald Kasali” adalah tentang industri musik yang saat ini tidak lagi dapat berharap hanya pada hasil royalti dari lagu-lagu yang telah dibuat karena kemudahan dalam pembajakan lagu. Saat ini pelaku industri musik juga mengais penghasilan dari panggungnya, atau dalam kata lain berasal dari bayaran yang didapat untuk mengundang sang pelaku industri musik tersebut. Tidak hanya perlu menjual karya yang menarik, mereka saat ini perlu untuk menjual “nama” mereka, menciptakan branding untuk menarik konsumen untuk membayar tiket dan menontonnya. Sesuai dengan judul videonya, disrupsi adalah inovasi yang radikal. Inovasi yang “memaksa” sistem untuk berubah secara drastis dan “mengacaukan” sistem yang ada.
Kemajuan teknologi digital yang membuat kegiatan pembajakan lagu menjadi lebih mudah tentu merugikan pelaku industri musik. Namun dengan adanya pembajakan, lagu-lagu tersebut dapat dinikmati oleh orang-orang dengan lebih mudah dan berpotensi mempopulerkan nama dari pelaku industri musik terkait. Karena mulai dikenal oleh berbagai kalangan, hal ini juga dapat membantu membangun branding yang dapat membantu sang pelaku industri musik untuk dapat “menjual” namanya dengan lebih baik lagi. Selalu ada sisi lain dalam sebuah koin.
Kemunculan lagu-lagu bajakan yang berbasis digital ini juga mendorong hadirnya berbagai platform yang menyediakan lagu-lagu yang dapat didengarkan di manapun secara gratis dan bersifat legal seperti Spotify. Walaupun bersifat gratis, Spotify mengambil keuntungan dengan menghadirkan layanan “premium” yang menawarkan pemutaran musik dengan lebih leluasa dan tanpa iklan.
Pada satu industri tertentu seperti di atas saja, disrupsi benar-benar mengubah sistem yang telah berjalan sebelumnya secara mengakar. Dan perlu diperhatikan disrupsi juga berdampak pada industri-industri lain di dunia ini. Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. kembali mengemukakan pendapatnya tentang disrupsi dalam video YouTube yang berjudul “Prof Rhenald Kasali : Tantangan dan Peluang Era Digital Disruption || Milad Muhammadiyah 109 Jatim” pada kanal Cahaya Media 12 (Surya). Beliau mengatakan bahwa disrupsi mengakibatkan 10 ledakan, yaitu 5 ledakan ekonomi (ledakan kreativitas, ledakan home sweet home, ledakan wisata luar ruang, ledakan konten, ledakan kolaborasi) dan 5 ledakan kehidupan (ledakan AI, ledakan kehidupan artifisial, ledakan useless generation, ledakan non degree, ledakan open science). Hal tersebut menjadi sebuah indikasi adanya perubahan besar-besaran akibat inovasi digital hingga dapat menciptakan era disrupsi.
Menurut penulis, era disrupsi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Walaupun terlihat seperti memiliki dampak buruk, namun semua ini merupakan bentuk penyesuaian tatanan kehidupan menghadapi inovasi yang akan selalu ada setiap waktunya, apapun sifatnya. Inovasi digital yang dialami oleh hampir seluruh masyarakat dunia saat ini memang betul-betul mengacak-acak apa yang sudah ada, menimbulkan masalah-masalah baru yang perlu diselesaikan. Namun perlu diingat, inovasi-inovasi tersebut diciptakan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh dunia ini sebelumnya. (utsimk)
Prabu Tri Pawekas
18/10/2024 19:30